Edisi Salah Curhat

🗣: “Makanya hati-hati ngejaga hati. Sayang kan kalo udah ternodai. Mana bisa itu dibilas pake mesin cuci.”

👤: “——” (yaa kaleee, dipikir cucian kotor.. dalem ati)

🎈🎈🎈

🗣: “Laen kali jangan sembarangan mau diajak kenalan. Tau-tau doi ternyata udah nyiapin seribu modus buat PDKT.”

👤: “Mak…..” (terpotong)

🗣: “Mau milipir sekarang udah susah kan? Lha wong ini jalan tol, mana boleh stop kecuali ban bocor. Mana mungkin juga bakal belok. Nikung dikit sih boleh, tapi ati-ati yak.”

🎈🎈🎈

🗣: “Do’ain aja si A bakal insyaf taun depan.”

👤: “Lama amat taun depan?”

🗣: “Lah, biasanya orang abis insyaf, dipanggil Tuhan. Udah siap ga ketemu sama dia selamanya?”

👤: “——” (emang situ peramal? dalem ati aja ye)

🎈🎈🎈

🗣: “Bukan main hebatnya, belom juga pintunya ditutup, udah berani maen sama kamu.”

👤: “Pintu apa, Cuy? Kita cuma ketemuan di alun-alun.”

🗣: “Pintu yang kagak bisa dibeli alias pintu hati. Ato jangan-jangan satu hatinya punya sembilan pintu.”

🎈🎈🎈

👤: “Sedihhh..” (ditambah ekspresi gundah gulana)

🗣: “Kamu nangis darah sekalipun, si B nggak bakal tau. Dia manusia makan nasi padang, bukan dukun yang makan beling ato bunga tujuh rupa.”

👤: “Akkk…” (pura-pura mati, biar keren)

🎈🎈🎈

Percakapan ini diambil dari kisah nyata. Tapi, saran saya, ambil sedikit yang berguna, yang lain buang saja. Okay? 😉😁

It’s just for funny comm.

Aroma Curahan Dini Hari

Pernah aku bertanya, mengapa aku tidak dilahirkan menjadi orang yang hebat & cerdas seperti dia?
Lalu, mengapa aku tidak bisa se-cantik dia? Lalu, kenapa hidupku biasa-biasa saja atau bahkan harus sedikit menderita dibandingkan dia? Lalu, kenapa aku harus selalu bersusah payah untuk meraih segala sesuatunya, tidak seperti dia? Then, why? why? why?

Oke

Akhirnya, jawaban itu muncul secara perlahan-lahan melalui proses pemikiran hampir 20 tahun lamanya kehidupan ini. Bukankah seharusnya, itu kelebihanmu dibandingkan ‘dia’ yang kau sebut berkali-kali~
Artinya : Kau telah berproses melalui itu semua. Kau selalu berusaha untuk menjadi orang yang hebat dan cerdas agar bisa seperti ‘dia’ atau bahkan melebihi ‘dia’. Kau telah berproses menjadi cantik seperti dia. Meskipun, pada akhirnya itu semua tidak bisa menggapai harapanmu, yang seharusnya menjadi orang seperti ‘dia’ atau melebihi ‘dia’. Aku yakin, kau adalah wanita tangguh dengan ‘fate’ sebatas tak melebihi ‘dia’. Tapi, bukankah dari proses itu, kau telah belajar banyak tentang kehidupan? Manis pahit asam, atau bahkan getir? Tak seperti ‘dia’ yang hanya merasakan manis saja.

Untuk dini hari yang sepi di tengah ramadhan, aku berharap tidak menyerah dari kehidupanku saat ini. Untuk apa kau memperjuangkan hidupmu? Untuk apa kau bersemangat menggapai mimpi itu? Jawabannya hanya satu : Aku bahkan masih manusia.

My appreciate to beloved parents, Mr. Imam & Mrs. Rosidah.. to beloved teacher, Mrs. Widyatmanti.. to beloved friends, Miss. D, I & M, sejujurnya aku membenci kalian yang seringkali menamparku untuk sadar bahwa kehidupan itu tak seindah drama.. Tapi, banyak orang bilang, bahwa semakin kita membenci orang lain, itu artinya karena kita terlalu mencintai orang yang yang kita benci itu..

Untuk mimpi hidupku, My Great-Grand Parent, meskipun kita bertemu dalam waktu sejenak. You are my inspiration. I wanna to be like you~ I miss you~