3/7 Potong Kue

Aku punya sepotong kue yang rasanya enak. Tak terlalu manis dan juga tak terlalu asin. Pun ada rasa renyah yang tak terlukiskan. Aromanya harum, seperti campuran kopi dan karamel hangat. Kue itu ku potong menjadi tujuh bagian. Hanya saja, aku baru sanggup menikmati 3 dari 7 potong itu. Jika kalian ingin tahu lebih soal rasa, aroma dan apa saja isinya, silahkan baca kisah 3/7 potong kue di bawah ini. Selamat menikmati. πŸ™‚

IMG_6012

Imajnasi untuk tiga dari tujuh potong. Semoga terbayang lezatnya, meski tak sama.Β Sumber: Koleksi Pribadi, 2017.


β€œKamu punya baju cokelat itu banyak ya? Atau kamu emang selalu pakai baju itu sejak dulu?” celetuk seorang kawan jauh yang mengunjungiku setelah sekian lama.

β€œBajumu kok nggak pernah ganti sih. Itu mulu dari tiga tahun lalu,” komentar teman dalam sebuah grup media sosial yang menampilkan foto terbaruku.

β€œKayak kenal kaos-nya, Bu. Bukannya itu udah dari tahun kedua kita kuliah bareng?” ujar seorang rekan di kolom komentar pada foto profil salah satu media sosialku.

Setelah dipikir-pikir, ternyata banyak juga orang yang benar-benar memperhatikan gerak-gerikku, termasuk pakaianku ya? Padahal aku sendiri sudah lupa, kapan terakhir aku pergi ke toko baju. Aku hanya ingat, kapan terakhir kali mengunjungi toko buku.

Sebegitu pentingkah penampilan luar ini, dibandingkan apa yang terus menerus kita perbaiki dalam diri? Hmmm.. mungkin ini bukan era yang tepat sebagai tempat tinggal manusia sepertiku, atau sebaiknya aku harus menyesuaikan diri dengan kaca mata orang lain? πŸ™‚


β€œDitolak lagi? Hmm.. wajar sih sebenernya. Dia kan super tampan. Ngaca dikit lah kamu siapa. Hehe..”

β€œKamu ih, kenapa di-sia-sia-in kesempatan emas kayak gitu. Jarang-jarang ada pemuda mapan ngedeketin kamu loo.”

β€œMasa’? Keliatannya kan alim. Mana mungkin berani gitu.. Jangan ngawur lah.”

Well, mungkin pandanganku terlalu luas dan menelisik. Sampai-sampai tampan, mapan dan alim pun menjadi mentah. Bukan tanpa alasan, melainkan buat apa harus diperjuangkan jika itu hanya yang terlihat di luarnya? Aku hanya mencari jenis, yang disebut dengan kepastian dan kesetiaan. Namun sayangnya, kata banyak orang, itu bisa menyusul kemudian.

Ah, bahagiaku, bahagiamu dan bahagia kita kan berbeda. Apa perlu menyamakan lidah, untuk menyesuaikan cita rasa dan selera? πŸ™‚


β€œYa mending kerja di tempat yang namanya udah beken lah. Mau jadi direktur kalo perusahaannya gak terkenal buat apa. Nggak bakal dilirik..”

β€œGaji segitu banyaknya buat apa? Kok habis terus? Ntar aja jiwa sosialnya tuh, kalo udah settle. Kapan nikahnya coba kalo duit nggak pernah ditabung?”

β€œIni namanya masa muda, Cuy. Dinikmatin aja. Ngapain harus belajar serius-serius sih, apalagi harus sekolah lagi?”

Hahahahahahahahahahahahahahahahahahaha… selamat datang di usia dua puluh lima.

Ironi hidup yang mau tidak mau, suka tidak suka harus dipilih. Mau yang beraroma khas pribadi atau masyarakat pada umumnya? Rata-rata, minyak wangi aroma vanillaΒ dipakai banyak wanita karena disukai banyak pria. Sebagian kecilnya, memilih aroma cengkeh, mint, atau melati untuk menenangkan diri. Kira-kira, sebaiknya pilih yang terjangkau harganya atau yang jelas khasiatnya ya? Dan, pada akhirnya tetap harus memilih ya? πŸ™‚


Soal potongan lain dari kue-nya, semoga bisa tersampaikan di lain waktu ya. Terimakasih sudah mau mencicipnya bersama-sama. πŸ™‚

#NulisRandom2017

Edisi Salah Curhat

πŸ—£: “Makanya hati-hati ngejaga hati. Sayang kan kalo udah ternodai. Mana bisa itu dibilas pake mesin cuci.”

πŸ‘€: “——” (yaa kaleee, dipikir cucian kotor.. dalem ati)

🎈🎈🎈

πŸ—£: “Laen kali jangan sembarangan mau diajak kenalan. Tau-tau doi ternyata udah nyiapin seribu modus buat PDKT.”

πŸ‘€: “Mak…..” (terpotong)

πŸ—£: “Mau milipir sekarang udah susah kan? Lha wong ini jalan tol, mana boleh stop kecuali ban bocor. Mana mungkin juga bakal belok. Nikung dikit sih boleh, tapi ati-ati yak.”

🎈🎈🎈

πŸ—£: “Do’ain aja si A bakal insyaf taun depan.”

πŸ‘€: “Lama amat taun depan?”

πŸ—£: “Lah, biasanya orang abis insyaf, dipanggil Tuhan. Udah siap ga ketemu sama dia selamanya?”

πŸ‘€: “——” (emang situ peramal? dalem ati aja ye)

🎈🎈🎈

πŸ—£: “Bukan main hebatnya, belom juga pintunya ditutup, udah berani maen sama kamu.”

πŸ‘€: “Pintu apa, Cuy? Kita cuma ketemuan di alun-alun.”

πŸ—£: “Pintu yang kagak bisa dibeli alias pintu hati. Ato jangan-jangan satu hatinya punya sembilan pintu.”

🎈🎈🎈

πŸ‘€: “Sedihhh..” (ditambah ekspresi gundah gulana)

πŸ—£: “Kamu nangis darah sekalipun, si B nggak bakal tau. Dia manusia makan nasi padang, bukan dukun yang makan beling ato bunga tujuh rupa.”

πŸ‘€: “Akkk…” (pura-pura mati, biar keren)

🎈🎈🎈

Percakapan ini diambil dari kisah nyata. Tapi, saran saya, ambil sedikit yang berguna, yang lain buang saja. Okay? πŸ˜‰πŸ˜

It’s just for funny comm.

GUNTING SUNAT

“Ihhhhhh…” seru anak-anak kelas 3 serempak, ketika melihat gunting ini di tengah pelajaran SBK.

Aku terheran-heran.
Daaaaaaan, usut punya usut, otak mereka mengatakan kalo itu adalah gunting untuk khitan/sunat.

Huehehehe πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
Padahal gunting ini biasa dipake gunting kertas aja.

View on Path

Aneh

Pernah suatu ketika aku ditegur oleh muridku.
πŸ‘§: “Bu, jangan potong kuku malam-malam.”
πŸ‘Έ: “Emang kenapa?”
πŸ‘§: “Gak boleh, Bu, kata orang tua zaman dulu. Iya kan, Wan?” (meyakinkan lewat temannya)
Lalu, temannya mengangguk-mengiyakan.

πŸ‘Έ: “Kita orang zaman dulu ato zaman sekarang? Kalo mau ikut orang zaman dulu, berarti kita gak boleh naik motor, mobil ato cis/ketinting. Zaman dulu kan gak ada mesin.”
πŸ‘§: “Iyaaa, Bu, tapi tetep aja potong kuku malam-malam gak boleh. Kata nenekku. Gak tau kenapa, POKOKnya gak boleh.”

Pembicaraan terhenti.. Dan aku pun tetap melanjutkan memotong kuku. (Gurunya nakal πŸ˜…πŸ˜…)

View on Path

Purnama Kedua di Borneo

“Kenapa ada batu aquarium di dalem toples?”
— Ada loo, ada. Yang nutup toplesnya lagi. Dikiranya batu betulan.

Mungkin di masa depan, akan ada coklat bentuknya kyk cacing tanah idup. Gerak-gerak~~~

Kisah Kocak, Purnama ke-2 di tanah Borneo. – with Mira at Wahana Asri 1

View on Path