Algoritma N0. 6: Permen Kunyah

Asam berbulir dibalut dominan manisnya karamel menggelayut di lidah dan kerongkongan.

Sayang rasanya, jika harus dikunyah..

Pahitnya kopi hitam melebur-mengikat gurihnya krimer pun paripurna menggoda.

Sayang rasanya, jika harus dikunyah..

Mint segar tak mau beranjak dari sekedar menyegarkan rongga mulut, terpaksa cokelat pun meledakkan diri.

Sayang rasanya, jika harus dikunyah..

Status permen kunyah digadaikan.

Di-emut menyenangkan, tak menjanjikan.

Lebur tergerus masa; tergantikan karena tiada.

— Alengka, 12022017

algoritma-no-6

Lirik Lagu Just a Friend to You — terkait dengan sajak di atas. Sumber: Koleksi Pribadi, 2017.

Jeruk (M)Asam

Suatu ketika, aku dan kakak angkatku diminta memetik jeruk dari kebunnya langsung oleh Paman dan Mamak Angkatku di sepetak kebun jeruk yang hampir tak terlihat ujungnya. Intinya, kami harus mencari jeruk-jeruk terbaik yang layak dipanen. Layak dipanen jelas kriterianya hanya satu: manis alias tidak asam (kecut). Namun, itu tak mudah. Kami berdua tak bisa mengenali dari bentuk luarnya, mana yang termasuk jeruk asam dan mana yang termasuk jeruk manis. Maklum, itu pertama kalinya, kami berdua panen jeruk.

Setelah kami berdua panen jeruk hingga 1 karung penuh –yang tentu saja hasil panen kami itu hanya berdasarkan insting, bukan pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana memilih jeruk layak makan (jeruk manis)–, ternyata hampir separuh jeruk yang kami panen adalah jeruk asam.

Akhirnya, aku diberi tips oleh Bapak Angkatku dalam memilih jeruk manis (tanpa harus membuka kulitnya dan mencicipi rasanya), hanya dengan melihat kulit/tampilan luarnya. Tapi, jangan salah. Bukan tampilan yang mulus dan berwarna cerah (oranye), adalah jeruk yang manis. Melainkan jeruk yang berkulit kasar, terkadang punya bintik hitam dan ujungnya tidak timbul keluar. Warna kulitnya bukan jaminan. Yang berwarna kuning belum tentu manis dan yang berwarna hijau belum tentu asam.

Seringkali kita memilih jeruk yang berpenampilan mulus dan berwarna cerah menyenangkan, namun seringkali kemudian kita kecewa mengetahui kenyataan berikutnya. Banyak hal dalam hidup ini memang menyajikan kesenangan dan keindahan di bagian luarnya, namun setelah kita mengetahuinya lebih dalam, banyak hal yang tak sesuai antara penampilan luar dengan isi atau rasa di dalamnya. Dan pada akhirnya, prinsip don’t judge the book by the cover adalah yang paling mujarab.

Hanya saja, tipuan paling agung adalah tipuan mata (visual). Seringkali, mata kita tak rela untuk menerima hal-hal yang tak menyenangkan dari luar, tanpa memikirkan kemungkinan isi di dalamnya yang sesungguhnya bisa jadi luar biasa hebat. Seperti ketika kita memilih jeruk manis. 🙂

Jadi, apa saran terbaik untuk memilih segala sesuatu tanpa tertipu oleh penampilan luarnya? Experience and knowledge. Yakinlah, kita tak akan mungkin tertipu jika kita telah memiliki dua kemampuan itu. Seperti ketika Bapak Angkatku yang sudah sangat mantap memilih jeruk-jeruk mana yang manis dengan memperhatikan ciri-ciri kulit luarnya, sekali lagi tanpa tertipu dengan kemolekan kulit jeruk-jeruk itu.