Lebaran yang Tak Terbeli

Tak ada desak-desakan manusia di atas gerbong kereta.

Tak ada lari-lari kecil mengejar bis malam.

Tak ada berpanas-panasan di tengah jalan akibat macet seharian.

Tak ada suara pengamen di atas roda empat yang berputar.

Tak ada salam sungkem dengan seluruh keluarga besar.

Yang berarti, tak ada mudik di lebaran Idul Fitri tahun ini.

Melainkan, ada jajaran ketinting/cis yang berwarna-warni dengan kecepatan normal menyusuri Sungai Telake dari hilir ke hulu.

Selepas shalat Ied, aku dan sebagian besar penduduk Dusun Lanai, duduk berjajar rapi di atas ketinting/cis dan berkunjung ke masing-masing rumah di tepian sungai, siap menyantap hidangan khas Suku Bugis-Kalimantan.

Buras. Ikan Kakap bumbu merah. Didara. Bolu Picak. Bakso Udang. Dadar Gulung. Sanggar Otti (Pisang Goreng).

Rasanya… luar biasaaa.

Bahagianya bertubi-tubi.

😀 😀 😀

Sungguh, tak jauh berbeda dengan keluarga besarku yang saat itu juga sedang menikmati private island & private beach di ujung timur Pulau Jawa. (baca: menghibur diri)

:’)

A