Pilihan

Saya baru saja mengumpulkan hipotesa kenapa soal di TOEFL-ITP testĀ menggunakan pilihan ganda (-atau ganjil?). Mungkin salah satunya, karena soal itu melatih kita untuk menjadi pemimpin. Maksudnya? Yuk, ikuti jalan cerita berikut.


Kurang lebih empat jam yang lalu, sebelum pulang dari kantor, saya bergosip berbincang dengan nada sedikit berfaedah dengan rekan kerja saya. Sebut saja N. Tersebutlah dua pilihan pekerjaan sebelum saya pada akhirnya memilih bekerja di kantor saat ini. Lalu, saya menanyakan kepada rekan kerja saya tentang bagaimana jika dia berada pada posisi saya. Ternyata, jawaban si N tidak terlalu mengejutkan karena dia adalah orang realistis dan praktis.

Si N memilih kantor yang dapat memberikanĀ honor lebih tinggi. Dia tidak peduli dengan gengsi atau apapun itu.Ā Life is life. šŸ™‚Ā 

Singkatnya, kantor saya saat ini bisa dibilang -hanya sebuah perusahaan dengan nama yang tidak terlalu besar, dan telah menanyakan kesediaan saya untuk bekerja awal tahun ini. Sementara kantor B (pilihan saya yang lain, sebelum masuk ke kantor saya saat ini) memiliki nama yang sudah dikenal oleh banyak lembaga karena termasuk lembaga pemerintahan pusat, menawarkan pekerjaan setelahnya. Bimbang saya ini pun dijawab dengan lugas oleh salah satu teman saya yang lain kala itu.

“Pasti kamu akan pilih kantor B. Secara lebih prestigious, dan pastinya kamu bisa punya banyak kenalan TOP di sana…”

Hmm.. Saya hanya bisa membatin dan masih bimbang dengan pilihan saya saat itu.

Voila… saya benar-benar menemukan jawabannya tepat di hari saya melakukanĀ interview di kantor B. Ada banyak pertimbangan dalam otak saya berikut beberapa intuisi ke-tidak nyaman-an, yang membuat saya sejujurnya ingin begitu saja pergi beberapa jam sebelumĀ interview. Hanya saja rasa penasaran untuk bertemuĀ interviewer saya -yang entah siapapun itu, jauh lebih tinggi. Berikutnya, beberapa pertanyaan dari timĀ interviewer mengajak otak saya untuk mengatakan, “tidak.. tidak.. dan tidak”. Tanpa alasan apapun.

Saya kemudian menyadari bahwa setiap orang punya pilihan yang berbeda-beda, tergantung dasar masing-masing maupun sudut pandangnya. Entah itu untuk pengembangan dirinya ataupun sebagaiĀ mahkota kebanggaannya kepada kawan, kolega atau rekan-rekannya.


Itu hanyalah satu di antara jenis pilihan dalam hidup ini. Masih banyak hal lain di mana kita harus memilih di antara dua, tiga ataupun di antara memilih dan tidak memilih. Ya, karena tidak memilih pun bisa jadi pilihan. Seperti saat kita ujian dengan pilihan A, B, C atau D, lantas kita tidak memilih, maka itu pilihan kita.

Kasus-kasus yang lain dalam hidup ini pun menuntut kita untuk terus menerus memilih. Entah itu pasangan hidup, rumah idaman, pakaian, destinasi wisata, atau bahkan sekedar menu makan malam? Pilih yang ringan, mengenyangkan, pedas atau berkuah. Masing-masing dari kita pasti punya alasannya bukan? Tidak ada alasan pun, itu merupakan sebuah alasan. šŸ™‚

IMG_9824

Selamat Datang di Tangga Kehidupan.Ā Sumber: Koleksi Pribadi, 2016.

Well,Ā kesimpulan akhirnya berarti bahwa inti dari hidup ini adalah tentang bagaimana memilih bukan? Dan… seandainya diĀ runutĀ lebih dalam lagi, setiap keputusan atas pilihan dalam hidup ini adalah sebuah langkah yang menuntun kita untuk menuju apa yang kita yakini ada, atau justru menjauhi-nya.

Membuat keputusan atas pilihan adalah PR terus menerus dalam hidup ini, dan sebaik-baik pembuat keputusan adalah pemimpin atas dirinya.


TAMBAHAN YANG KURANG PENTING

Sedikit contoh tentang pilihan hidup yang pernah saya ambil,

Memilih program studi Kartografi Penginderaan Jauh, yang bagi sebagian besar orang sangat asing dan baru pertama kalinya mendengar. Lalu, keputusan itu mengantar saya sebagai seorang sarjana sains, yang justru lebih memilih menjadi pengajar muda. Sementara pilihan lain, kata sebagian besar manusia di sekitar saya, lebih menggiurkan dan jelas ada di depan mata.

“Mau jadi guru?” berbondong pertanyaan yang sering terulang dari orang-orang di sekeliling saya.

“Kenapa nggak langsung belajar dan lanjut kuliah ke luar negeri?”

“Kenapa nggak nikah-nikah?”

Ternyata benar, PR untuk memilih itu masih banyak ya.

So, selamat memilih. Semoga pilihan kalian senantiasa membahagiakan. šŸ™‚

Selamat!

Ada yang harus merangkak, tertatih, perlahan-lahan bersama kesetiaan dan kesabaran.

Ada yang melaju dan mengayuh sekuat tenaga, dengan kepercayaan diri paripurna.

Ada yang tak perlu melangkahkan kaki dari sarangnya, dan seketika sendok emas dengan ramah menyambutnya.

Ada yang bahkan memikirkan itu semua pun tidak. Berjalan mantap, tak menoleh, asalkan tujuan sampai.

Alengka, 28042017


GambaranĀ Kehidupan Dunia.Ā Sumber: Koleksi Pribadi, 2017.


SELAMAT !

Bisa jadi satu diantara itu semua adalah aku, kamu, dia atau kalian. Meskipun mungkin aku dan kamu, aku dan dia, bisa jadi berbeda, sehingga tak harus menghasilkan kita. šŸ™‚šŸ™ƒ


Selamat Hari Puisi Nasional 2017.

Tetaplah bergerak tuk menyalakan jiwa, menghidupkan nyawa, tanpa harus mempermainkan rasa. šŸ˜‰

Bursa Calon

Ini permainan yang menarik untuk diceritakan, tapi tidak untuk diulang. Atau bisa jadi permainan yang sungguh membosankan karena banyak terjadi di sekitar kita, dan perlu segera untuk dilupakan.


Kedatangan Sang Pangeran Berkuda Putih kala itu memang bukan sepenuhnya untuk mempersunting si Gadis Cantik di ujung desa. Sang Pangeran hanya kesepian dan bosan sementara waktu. Meski bayang-bayang kekasihnya masih tersisa, Sang Pangeran berusaha keras untuk memusnahkannya. Menyibukkan diri dan mengalihkan perhatian dengan hal-hal yang menyenangkan hatinya.

Si Gadis Cantik menyambut Sang Pangeran dengan hati lembut dan senyum terindahnya. Si Gadis Cantik tahu bahwa dia tak akan mungkin hidup bersama dengan Sang Pangeran. Karena ini dunia nyata, bukan tentang dongeng semacam Cinderella. Sementara itu, beberapa lelaki desa dan rekan dekatnya, yang juga sedang mengincarnya, mundur teratur sejak mengetahui kedatangan Sang Pangeran beberapa hari yang lalu di kediaman si Gadis Cantik.


Di sebuah pesta mewah milik saudagar paling kaya raya di negeri itu, Kekasih Sang Pangeran sedang bermuram durja sambil menilik ponselnya dan membuka berbagai media sosial miliknya untuk menelusuri jejak Sang Pangeran, sebagai bentuk perhatiannya sekaligus menggali rasa penasarannya yang sudah menggebu. Sudah 5 hari, tak ada kabar apapun dari Sang Pangeran.

Pengawal Sang Pangeran pun tak mau buka mulut pada Kekasih Sang Pangeran. Karenanya, Kekasih Sang Pangeran mulai panik dan sibuk mencari tau dari sahabat-sahabat dekat Sang Pangeran.

Separuh rasa penasaran Kekasih Sang Pangeran terbayar. Dia mengetahui soal si Gadis Cantik, yang sedang ditemui pangeran. Berkat kecanggihan teknologi masa kini latar belakang si Gadis Cantik terkuak dengan mudah. Bahkan dari g*%&le semuanya tak perlu dicari dengan susah payah.

Luar biasa memang keajaiban wanita yang sedang jatuh cinta. Mencari segala cara untuk menemukan data, melengkapi informasi dan mengawasi seseorang yang dicinta. Istilah kerennya di masa kini adalah si Kemal alias si Kepo Maksimal. Kekuatannya mengalahkan racikan sihir manapun.

Telisik punya telisik, banyak hal tak terduga yang ditemukan oleh Kekasih Sang Pangeran melalui media sosial. Tak hanya cantik, si Gadis di ujung desa, ternyata punya otak cemerlang dan berjiwa sosial tinggi, terutama di lingkungan desanya. Muncullah banyak prasangka dan asumsi mengenai si Gadis Cantik. Kekasih Sang Pangeran mulai khawatir dengan posisinya.


Sementara itu, seduhan teh selasih hangat di malam yang dingin, menemani si Gadis Cantik memainkan perannya dengan baik dan membahagiakan dirinya bersama Sang Pangeran. Berbincang tentang kemungkinan kemajuan negerinya dan hal-hal menyenangkan seputar hobi Sang Pangeran.

Malam di ujung desa itu semakin dingin, menyisakan gemerlap bintang dan suara jangkrik bersahutan. Cangkir teh pun telah kosong. Si Gadis Cantik beberapa kali menahan diri untuk menguap, yang sebenarnya itulah kode terbaik untuk mengistirahatkan jiwa dan raga.

Sang Pangeran masih dengan semangatnya bercerita, meskipun sadar bahwa si Gadis Cantik ingin mengakhiri perbincangan itu dari sorotan matanya. Tangan kanan Sang Pangeran menyentuh tangan kiri si Gadis Cantik, lalu meyakinkan dengan genggaman lembutnya.

Si Gadis Cantik tercekat dan terbangun 100 persen dari rasa kantuknya. Spontanitas Sang Pangeran tak diduganya.

“Terimakasih, kau mau mendengar ceritaku selama ini. Ayo kita istirahat,” tutup Sang Pangeran dengan padat.

Sang Pangeran beranjak masuk ke kamar tamunya. Sementara si Gadis Cantik membereskan sepaket cangkir dan teko ke dapur, sambil menyadarkan diri dan memutar ulang memorinya mengenai perkataan Sang Pangeran di akhir perbincangan mereka. Si Gadis Cantik benar-benar tak mengingatnya, selain rasa kantuk yang dia tahan.


Kedatangan Sang Pangeran di istana setelah satu minggu lamanya berpergian, disambut oleh Kakak Iparnya dengan ekspresi kekhawatiran melebihi Ibunya sendiri. Istri dari kakak tertuanya, yang sekarang menjadi Sang Ratu, sungguh terlalu peduli dengan banyak hal terkait keluarga istana, termasuk mengenai Kekasih Sang Pangeran, yang masih kerabat dari Sang Ratu.

Sang Pangeran berlalu dan segera menuju kamar pribadinya. Tak benar-benar memperdulikan siapapun yang dilewatinya.

Layar handphone Sang Pangeran menunjukkan banyak kali panggilan (sengaja) tak terjawab dari Kekasih Sang Pangeran. Rindu Sang Pangeran terilintas pada si Gadis Cantik. Segera Sang Pangeran menelpon si Gadis Cantik di ujung desa dengan topik pembicaraan yang berkualitas, meski sesungguhnya itu hanyalah balutan untuk basa-basi memikat, gaya seorang pria.

Rasionalitas dan akal si Gadis Cantik menerima panggilan telepon dari Sang Pangeran dengan wajar, meskipun sesungguhnya yang lain, menceritakan bahwa eksotisme gaya bicara si Gadis Cantik cukup memikat Sang Pangeran. Suara mantap si Gadis Cantik melalui saluran telepon sanggup menggoyahkan hati Sang Pangeran.


Ketagihan dari permainan atas nama kesenangan dan kebahagiaan yang terus menerus dilakukan oleh si Gadis Cantik dan sang Pangeran, membuat Kekasih Sang Pangeran semakin jauh dan hampir terlupakan.

Hingga suatu pagi yang agak mendung, Kekasih Sang Pangeran menemui Sang Pangeran di kebun belakang istana. Amarah Kekasih Sang Pangeran sebenarnya sedang memuncak, hanya saja dia menutupinya dengan senyum palsu yang merekah bersama dengan pakaian merah mudanya yang menawan.

“Hai, lama tak jumpa, Pangeranku tersayang. Sepertinya Kau sedang sangat sibuk akhir-akhir ini,” sapa Kekasih Sang Pangeran.

Sang Pangeran membalas senyumnya, dan menjawab, “Betul juga. Mari kita minum teh, Manisku.”

Entah apa yang dibenarkan oleh Sang Pangeran atas perkataan Kekasih-nya. Hanya saja sampul kebahagiaan terlihat kembali dari pasangan itu.


Si Gadis Cantik di ujung desa sibuk bermain dan membaca buku bersama anak-anak dari desanya. Sesekali dia teringat masa-masa menyenangkan bersama Sang Pangeran, tetapi dia mencoba menepis ingatan itu. Seorang Pemuda Rupawan beberapa hari sebelumnya telah menemuinya dan berniat mempersuntingnya. Sementara bayangan Mantan Kekasih si Gadis Cantik masih sangat lekat.

Si Gadis Cantik bimbang. Manakah yang harus dia pilih dan prioritaskan. Dibiarkannya anak-anak berlari-larian di sekitarnya, mengacuhkan buku-buku yang awalnya masing-masing mereka pegang.


Hari ini, si Gadis Cantik memilih untuk menikmati hidupnya sendiri. Tak peduli apa yang terjadi dengan Kekasih Sang Pangeran, termasuk juga Sang Pangeran. Setelah mengetahui bahwa Pemuda Rupawan yang pernah datang kepadanya adalah bagian dari utusan Kekasih Sang Pangeran yang masih terus menerus mengawasinya, berikut Mantan Kekasih si Gadis Cantik yang ternyata telah menikah.


Satu bagian dari cerita ini sengaja dipotong karena berkaitan erat dengan apa yang dilakukan Sang Pangeran terhadap si Gadis Cantik. Keputusan akhir dalam permainan ini ditetapkan oleh si Gadis Cantik, hingga akhirnya tak sanggup lagi menyelamatkan pertemanan antara Sang Pangeran dan si Gadis Cantik.

Pelajaran paling berharga dari seluruh rangkaian permainan ronde dasar ini justru mengenai sosok lelaki, bukan pria. Maka, sebaik-baik laki-laki adalah yang memuliakan dan menghormati perempuan. Tak peduli jabatan, tampilan luar maupun status sosialnya.

Jawaban paling nyata selanjutnya adalah mengenai teman, orang dekat dan bahkan pasangan hidup, yang sebenar-benarnya bagian dari cerminan diri. Orang baik akan bertemu dengan orang baik, begitupun sebaliknya.


Ilustrasi tentang Deretan Pilihan dalam Kehidupan. Sumber: Koleksi Pribadi, 2017


Lantas, untuk apa harus senantiasa menyamakan status diri dengan pasangan –yang kita harapkan, sementara garis Tuhan menyatakan bahwa orang itu bukan jodoh bagi kita? Untuk apa pula mengikat erat-erat hal yang belum tentu diperuntukkan untuk kita?

Manusia memang seharusnya berupaya sekuat tenaga, lalu Tuhan yang akan merestuinya. Namun apa jadinya ketika usaha itu dilakukan dengan mengenyampingkan kehendak dari-Nya?

SEKIAN.

Sesungguhnya kebenaran hanya milik Sang Pencipta Langit dan Bumi, Allah SWT.


Cerita ini diilhami dari kisah nyata dan didedikasikan kepada rekan dekat saya yang telah melalui satu kali ronde permainan ini dengan hebat. Cerita ini pun telah mendapatkan persetujuan dari yang bersangkutan untuk kemudian dipublikasikan. Semoga kita semua dapat belajar banyak tentang bagaimana menghidupi hidup. šŸ™‚

Sim Salabim

Ini bukan soal kisah galau, melainkan realita yang (mungkin) pernah dihadapi oleh manusia di masa usia menjelang seperempat abad. Saya akan mencoba menceritakan dari sisi wanita, yang perlu memutuskan dan menentukan petualangan hidup berikutnya, bersama (calon) pendamping hidup hingga akhir hayat.

***

Andre, lelaki mapan dengan pekerjaan tetap dan telah memiliki rumah pribadi dari tabungannya. Andre siap mempersunting wanita manapun dengan karakter baik dan sholehah, yang bersedia mendampingi hidupnya hingga akhir hayat. Keluarga Andre sepakat dengan siapapun pilihan Andre.

Tidak jauh dari itu, seorang laki-laki lainnya bernama Doni, hidup sebagai petualang sejati yang hampir 5 tahun terakhir berkeliling Indonesia. Tidak memiliki tabungan. Belum ada keinginan kuat untuk menikah, meskipun orang tuanya telah mendesaknya untuk menikah karena usianya yang hampir memasuki kepala 3.

Beti berada di tengah kedua lelaki tersebut, Andre dan Doni. Keduanya dikenal oleh Beti dalam waktu yang tidak jauh berbeda. Banyak persamaan dari kedua laki-laki tersebut, termasuk usia keduanya yang hanya beda tipis, selisih bulan. Maka saatnya, Beti ā€“yang berkeinginan menikah, untuk menentukan pilihannya. Tidak mempertahankan keduanya, namun memilih salah satunya. Atau bisa jadi tidak memilih keduanya.

***

Kawan Beti yangĀ  bernama Melati, menyarankannya untuk memilih Andre. Alasannya hidup itu realistis.

ā€œSetelah menikah, kamu pasti hidup dengan berbagai keperluan, yang jauh berbeda dengan ketika kamu masih lajang. Bayangkan aja kamu hidup dengan Doni yang nggak punya apa-apa itu. Mau makan apa kamu? Nanti kalau kamu punya anak, susu beli dari mana? Popok? Pendidikan anak? Kamu pasti juga harus kerja banting tulang untuk membantu kebutuhan rumah tanggamu kalau kamu memilih Doni,ā€ berondong Melati dengan penuturan panjang lebarnya.

Beti makin bimbang. Jujur saja dari segi hati dan perasaan, dirinya lebih condong untuk memilih Doni. Laki-laki yang memiliki kharisma unik dan menarik. Penuturan yang disampaikan oleh Melati memang terlihat jelas dan nyata dari sudut pandang duniawi. Beti juga ikut terhanyut dengan pikiran bahwa Doni pun tak benar-benar siap menikah dalam waktu dekat. Dengan kata lain, Beti mau tidak mau harus memilih Andre? Tanpa cinta?

Melati mencoba meyakinkan lagi, ā€œKatanya orang tua ā€“ orang tua zaman dulu, cinta itu bisa tumbuh dan muncul dengan sendirinya, seiring berjalannya waktu. Apalagi jika melihat usaha keras dari pasangan, siapa yang gak luluh coba?ā€

ā€œGak mungkin juga kan kamu hidup dan menjalani rumah tangga bersama Doni hanya dengan cinta,ā€ Melati tetap melanjutkan sudut pandangnya.

Ada pertanyaan dalam batin Beti, ā€œRezeki kan Allah yang ngatur, termasuk urusan pasangan hidup dan kehidupan paska pernikahan.ā€

Beti belum menemukan jawaban di antara pilihan itu. Heningnya malam mengantarkan doā€™a Beti dalam diam kepada Sang Pencipta dan Yang Maha Merestui Keputusan.

***

Sim salabimā€¦ Setengah dasawarsa kemudian kita lihat bersama bagaimana Beti memilih dan menjalani petualangan barunya.

Letā€™s Gone by Gone

Lampu merah berarti berhenti. Lampu kuning berarti berhati-hati. Lampu hijau berarti lanjutkan/jalan. Begitulah secara harfiah, kita memahami arti dari traffic light. Bahkan ketika hidup memberikan pilihan untuk tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh traffic light tersebut. Karena memang terkadang kita bisa memilih untuk putar balik atau berhenti beristirahat dalam rentang waktu cukup lama, yang mungkin kebetulan di samping traffic light, ada kafe gaul paling kece dalam pandangan mata kita.

Apapun pilihan hidup kita –yang berarti juga keputusan hidup kita–, berusahalah untuk tidak menyesal. Bagiku, bertanggungjawab atas semua pilihan tersebut tampaknya lebih bijak dibandingkan penyesalan yang tiada arti. Namun, ternyata hidup tak semudah itu.

Seperti ketika aku pernah menyesal karena penyesalan atas mimpi buruk yang ku dapatkan. Mimpi terburuk dan paling menyedihkan sepanjang hidupku. Kematian seseorang, yang aku hanya mengenalnya saja dalam kehidupan nyata, namun terasa sangat lekat dan mengharukan di dunia mimpi. Penyesalannya tentu bukan karena ā€˜mengapa dia tiba-tiba masuk dalam mimpiku, yang bahkan aku melupakannya di kehidupan nyata akibat jarak yang memisahkanā€™. Melainkan penyesalannya adalah tentang mengapa aku bisa menangis sangat dalam (haru) tentang sesuatu/seseorang yang bahkan di luar bayangan/pikiranku, namun aku tak bisa menangis ketika bahkan hampir semua orang menangis karena perpisahan seorang teman dekat dalam suatu training.

Kata seseorang, ā€œAlam bawah sadarlah yang menuntunmu. Dan kebenarannya, alam bawah sadar itu ada di alam mimpi.ā€ Really? I donā€™t know the right answer. Seriously.

Okay, kembali soal penyesalan dan tanggungjawab. Tampaknya penyesalan yang mendalam soal mimpi itu, memang berdampak pada hidupku. Dan aku tetap belum menemukan jawaban tanggungjawab/tindakan terbaik yang harus ku lakukan soal sebagaian besar penyesalan itu.

Berbalik 1800 dengan kisah penyesalan itu, aku menyadari tentang sesuatu hal yang berbeda. Mimpi itu mengantarkanku untuk membuat keputusan besar, agar aku tidak diliputi oleh penyesalan yang begitu mendalam atas suatu hal, apapun itu, terutama terkait dengan keputusan untuk memilih jalan ke masa depan.

Kita hidup bukan di masa lalu, melainkan di hari ini. Yang berikutnya, dapat berdampak untuk masa depan.

Selamat memilih keputusan hidup sebijak mungkin. šŸ™‚ šŸ™‚